Pekalongannews, Batang - Sedikitnya 41 warga di Batang harus menjalani transfusi darah seumur hidup akibat talasemia, 27 di antaranya masih anak-anak.Data ini disampaikan Persatuan Orang Tua Penderita Thalasemia (Popti) Kabupaten Batang saat bertemu Anggota DPR RI Fraksi PKS Rizal Bawazier, Jumat (13/6/2025).
"Anak talasemia itu harus menjalani transfusi darah seumur hidup," tegas Parti, salah satu pengurus Popti Batang.
Parti menyebut, meski pengobatan talasemia sudah dijamin BPJS Kesehatan, tapi skrining talasemia justru belum masuk layanan yang dibiayai. Padahal, ini kunci pencegahan.
"Seharusnya pasangan sebelum menikah wajib tes carrier talasemia. Kalau sesama carrier menikah, potensi punya anak dengan talasemia sangat tinggi," ungkapnya.
Masalahnya, skrining talasemia bukan perkara murah. Minimal butuh biaya Rp 550 ribu. Tanpa dukungan pemda, upaya pencegahan jadi berat.
Mendengar keluhan ini, Rizal Bawazier langsung mengambil sikap. Menurutnya, skrining talasemia pranikah bisa dijadikan kebijakan daerah.
"Saya akan coba sampaikan pada Pak Faiz," ujar Rizal merujuk Bupati Batang M. Faiz Kurniawan.
Rizal berjanji akan segera komunikasi dengan pemda agar skrining talasemia masuk prioritas program kesehatan preventif. Ia yakin Pemkab Batang punya kewenangan mengalokasikan anggaran daerah untuk ini.
Tak cuma soal anggaran, Rizal juga menyoroti pentingnya edukasi publik. Bukan sekadar seminar, tapi sosialisasi masif sampai ke desa-desa, terutama di wilayah dengan angka talasemia tinggi.
Pernyataan Rizal disambut antusias pengurus Popti Batang. Mereka berharap suara mereka tak hanya terdengar, tapi ditindaklanjuti dengan kebijakan konkret.
Kasus talasemia memang jarang jadi sorotan. Tapi kalau dibiarkan, efek domino sosial-ekonominya bisa mengikis kualitas hidup banyak keluarga di Batang.
Penyakit langka seperti talasemia bukan cuma soal angka statistik. Ini tentang napas, nyawa, dan masa depan anak-anak yang harus diperjuangkan.
No comments:
Post a Comment